Sabtu, 14 Mei 2011


1.      RESEPTOR ANALGETIK

Analgetik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi atau menghalau rasa sakit tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetik bekerja dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit. Analgetik dibagi menjadi dua golongan yaitu analgetika narkotik dan analgetik non narkotik.

a.        Analgetik narkotik
·         Mengurangi nyeri dan menimbulkan euforia dengan berikatan
·         pada reseptor opioid di otak, yaitu reseptor μ (mu),κ (kappa), dan δ (delta).
·         Enkefalin dan endorin berikatan dengan reseptor μ dan δ dinorfin berikatan dengan reseptor κ.
·         Obat analgetik opioid : morfin, metadon, meperidin (petidin), fentanil, buprenorfin, dezosin, butorfanol, nalbufin, nalorfin, dan pentazosin.

Reseptor Analgetik narkotik
Ada 3 jenis utama reseptor opioid yaitu μ (mu), κ (kappa), dan δ (delta). Ketiga jenis reseptor termasuk pada jenis reseptor yang berpasangan dengan protein G1 dan memiliki subtype : mu1, mu2, Delta1, Delta2, kappa1, kappa2, dan kappa3. Karena suatu opioid dapat berfungsi dengan potensi yang berbeda sebagai suatu agonis, agonis parsial, atau antagonis pada lebih dari satu jenis reseptor atau subtipe reseptor maka senyawa yang tergolong opioid dapat memiliki efek farmakologi yang beragam

Kerja opioid pada reseptor opioid
Obat
Reseptor
μ (mu)
δ (delta)
κ (kappa)
Peptida opioid
Enkefalin
Β-endorfin
Dinorfin

Agonis
Agonis
Agonis lemah


Agonis
Agonis

Agonis
Kodein
Morfin
Metadon
Meperidin
Fentanil

Agonis lemah
Agonis
Agonis
Agonis
Agonis


Agonis lemah
Agonis lemah



Agonis lemah

Agonis-antagonis
Buprenorfin
Pentazosin

Nalbufin


Agonis parsial
Antagonis/ agonis parsial
Antagonis




Agonis


Agonis
Antagonis
Nalokson

Antagonis

Antagonis

Antagonis

ü  ­Reseptor µ memeperantarai efek analgetik mirip morfin, euphoria, depresi napas, miosis, berkurangnya motilitas saluran cerna.
ü  Reseptor κ diduga memperantarai analgesis seperti yang ditimbulkan pentazosin, sedasi serta miosis dan depresi napas yang tidak sekuat agonis µ.
ü  selain itu disusunan saraf pusat juga didapatkan reseptor δ yang selektif terhadap enkefalin dan reseptor ε (epsilon) yang sangat selektif terhadap beta-endorfin tetapi tidak mempunyai afinitas terhadap enkefalin. Terdapat bukti – bukti yang menunjukkan bahwa reseptor δ memegang peranan dalam menimbulkan depresi pernapasan yang ditimbulkan opioid.
ü  Dari penelitian pada tikus didapatkan bahwa reseptor δ dihubungkan dengan berkurangnya frekuensi napas, sedangkan reseptor µ dihubungkan dengan berkurangnya tidal volume. Resptor µ ada 2 jenis yaitu reseptor µ1 yang hanya didapatkan di SSP dan dihubungkan dengan analgesia supraspinal, penglepasan prolaktin, hipotermia dan katalepsi sedangkan reseptor µ2 dihubungkan dengan  penurunan tidal volume dan bradikardia. Analgesik yang berperan pada tingkat spinal berinteraksi dengan reseptor δ dan κ.
Mekanisme kerja
• Efek analgesik dihasilkan oleh adanya pengikatan obat dengan sisi reseptor khas pada sel dalam otak dan spinal cord
• Rangsangan reseptor menimbulkan efek euphoria dan perasaan mengantuk

Menurut Beckett dan Casy
• Reseptor turunan morfin punya 3 sisi yg sangat penting untuk timbulnya aktivitas analgesik, yaitu :
1. Struktur bidang datar, mengikat cincin aromatik obat dengan ikatan van der Waals
2. Tempat anionik, mampu berinteraksi dengan pusat muatan positif obat
3. Lubang dengan orientasi sesuai untuk menampung bagan CH2 dari proyeksi cincin piperidin, yang terletak didepan cincin aromatik & pusat dasar.

b.        Analgetik non narkotik
·         Terdiri dari obat –obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Analgetika antiradang termasuk kelompok ini.
·         Sering disebut analgetik-antipiretika atau Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs (NSAID)
·         Bekerja pada perifer & sentral SSP
·         Untuk mengurangi rasa sakit ringan sampai moderat, menurunkan suhu badan pada keadaan panas badan yang tinggi & sebagai antiradang pada pengobatan rematik
·         Utk pengobatan simptomatik, yaitu hanya meringankan gejala penyakit, tidak menyembuhkan atau menghilangkan penyebab penyakit
·         Mengadakan potensiasi dengan obat penekan ssp
·         Efektif mengurangi radang, tetapi tidak dapat mencegah kerusakan jaringan pada penderita arthritis
2.     INTERAKSI ANALGETIK-RESEPTOR
Ikatan Ion-Dipol & Dipol-Dipol
·          Adanya perbedaan keelektronegatifan atom C dengan atom lain, seperti : O & N akan membentuk distribusi elektron tidak simetrik atau dipol, yang mampu membentuk ikatan dengan ion atau dipol lain, baik yg mempunyai daerah kerapatan elektron tinggi maupun yang rendah
·         Gugus-gugus yang mempunyai fungsi dipolar adalah.: gugus karbonil, ester, amida, eter & nitril
·         Gugus tersebut sering didapatkan pada senyawa yang berstruktur khas
·         berinteraksi dgn reseptor analgesic

Turunan metadon & meperidin
- Merupakan narkotik analgesik
- Struktur mengandung gugus N-basa & karbonil yang dalam larutan dapat membentuk siklik akibat adanya daya tarik menarik dipol-dipol
- Dlm btk siklik inilah obat-obat tersebut
Gambar 8. Bentuk siklik metadon yang diakibatkan oleh adanya
interaksi dipol-dipol
Bila gugus C=O dihilangkan atau diganti dengan gugus lain, misal CH2,
aktivitas analgesiknya akan hilang. Hal ini disebabkan oleh hilangnya daya tarik menarik dipol-dipol dan kemampuan membentuk siklik, sehingga senyawa tidak dapat berinteraksi secara serasi dengan reseptor analgesik







DAFTAR PUSTAKA
Siswandono, dkk. 2008. Kimia medisinal 2. Surabaya : Airlangga University press hal 283,291
Anonim. IFarmakologi dan terapi. Jakarta : Departemen Farmakologindan Terapeutik fakultas kedokteran – universitas Indonesi hal 211,
Tjay, Tan Hoan. 2007. Obat- obat penting. Jakarta : Gramedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar